Kamis, 31 Maret 2011

Benarkah Mahasiswa Unsub Agent of Change?


Katanya, Mahasiswa adalah sekumpulan anak muda perubahan sosial “Agent Of Change” terbukti dari berbagai pergerakannya dari masa ke masa, kita sebut saja contohnya Pergerakan Budi Utomo pada tahun 1928, Pergerakan penurunan rejim sukarno tahun 1966, peristiwa malari tahun 1974, dan yang masih sangat kita ingat Tahun 1998 (Lumayan lah walaupun kita waktu itu duduk di bangku SD tapi kita sedikit banyaknya tau? Penuruna rejim soeharto dimana berpindahnya orde baru ke orde reformasi.

Dari berbagai contoh pergerakan mahasiswa diatas terbukti kalau mahasiswa itu memang benar Agent Of Change, tapi itu dulu dimana jaman mereka jaman mahasiswa tempo dulu. Lalu bagaimana dengan Mahasiswa sekarang? Bagaimana dengan Mahasiswa Unsub saat ini?...

Dapat kita lihat bagaimana mahasiswa sekarang lebih asik dengan kehidupan yang yang lebih mengarah ke kehidupan hedonisme (mungkin penulis juga masuk karena penulis saat ini masih berstatus mahasiswa), yang seharusnya menjadi ciri khas mahasiswa seperti diskusi, kontrol sosial, semuanya itu sudah tak nampak pada kehidupan mahasiswa saat ini khususnya mahasiswa Unsub. Banyak faktor yang membuat mahasiswa sekarang sangat berbeda 180o dengan mahasiswa dahulu seperti diskusi sudah menjadi hal yang asing bagi mayoritas mahasiswa sekarang, sehingga mahasiswa sekarang tak menjadi lagi sekumpulan anak muda yang mampu merubah kehidupan sosial..

Jumat, 25 Maret 2011

Hujan yang Indah


Hujan masih merintik di bibir genteng. Tempiasnya hantarkan dingin dan basah di lengan bajuku. Aku menyudut dan merapatkan tubuhku pada tembok teras yang sebagain catnya sudah mengelupas.
Hujan seperti tidak peduli dengan bunga-bunga yang kelelahan bergoyang-goyang ditimpa jatuhnya. Juga pada tanah yang tersiksa karena pori-porinya dipenuhi ruah genangan. Sekelebat kutangkap percikan sebuah rindu kepadamu.
Dulu. Hujan inilah yang pernah mengungkung kita di pada peraduan tak terpisah. Alangkah indahnya hujan waktu itu. Gemriciknya bak tetabuhan langit yang manjakan telinga batinku –dan batinmu– yang bersenandung bersama.
Aku lukis namamu pada permukaan kaca yang berembun tertiup dingin di luar: I love you. Dan selalu hujan yang samarkan kelembutan bisikmu di telingaku tentang kebahagiaan itu.
Hujan selalu sisakan aroma pada rerumputan, pada tanah dan pada aspal saat berhenti. Seperti ingin kekalkan keberadaannya pada matahari yang segera menggantinya. Buatku itu tak perlu. Hujan sudah terasa kekal basahi kekeringan di ulu hatiku pada rasa merinduimu.
Hujan tak kunjung berhenti. Ia sengaja mainkan iramanya pada setiap benda di bawahnya untuk menggodaku. Aku menghela nafas. Semakin lama gemricik hujan justru seperti menggerus kekuatan pikiranku satu persatu. Tetasnya tak lagi suarakan harmoni yang menenangkan kebekuanku. Sebaliknya, ia berubah menjadi milyaran tombak yang bersiap menghujam sepi karenamu.
Aku berlari menerobos setiap celah hujan. Dingin dan basah justru samarkan perasaan dan tangisanku memilu. Akankah hujan ini berakhir dan bawa sirna semua rasa? Entahlah…

Senin, 07 Maret 2011

PRAGMATISE POLITIK



Hadirnya kehidupan modern politik masyarakat datang ketika partai-partai politik berideologi khas untuk mendukung proses demokrasi yang akan dibangun. bagi publik ideologi menjadi anggota, simpatisan atau pun penentu pilihan dalam pemilu.
Tanpa realisasi ideologi hanya menjadi jaim “jaga image” Untuk politik pencitraan belaka, akibatnya pasca pemilihan rakyat akan terus-terusan ditipu, karena ideologi hanyalah ideologi yang menjadi kedok dengan klaim ideologisnya.
Jika ideologi diabaikan dan tak diimplementasikan, politik juga menjadi tidak jelas, sulit dipetakan, dan membingungkan konstituen. Jika begini, hasilnya, politik berideologi apa pun akan bermuara pada titik yang sama: terjebak pragmatisme belaka. Inilah “ideologi” yang lebih mementingkan keuntungan sesaat, mempribadi, dan mendewakan imbalan posisi materi.
Sayangnya, inilah fenomena yang dihadapi sistem demokrasi di Negara kita. Maka, tak heran jika “politik dagang sapi” atau money politics menjadi kata kunci jagat politik kita dewasa ini & “politik dagang sapi” atau money politics pun telah berakar rumput sampai wilayah politik Pemilihan Kepala Desa.
Penomena diatas tentu sangat memprihatinkan Karena cita-cita mulia menegakkan rezim politik demokratis ternyata dibajak oleh sikap yang mendewakan perilaku pragmatis dan egoistis. Adakah ini hanya eforia kebebasan yang sesaat ataukah karena Peranan Anjing yang selalu ingin mendapatkan suara banyak sehingga Uang jadi senjata ampuh untuk menaklukan  rakyat?
Akibatnya tidak ada perkembangan yang jelas ketika menggalang suara yang diandalkan materi alhasil kedepanya tidak akan menjadi jaminan untuk lebih memajukan perkembangan lebih baik di wilayah.

Jumat, 11 Februari 2011

Mengemas Jalan Hidup


Bagi sebagian orang pemasaran identik dengan sales/tenaga penjual. Apabila mendengar kata pemasaran, pikiran langsung melayang pada sosok sales, membawa barang dagangan di kanan kiri motor, menawarkan produk sana sini, dikejar-kejar target,wuah, pasti dalam hati langsung berkata “No!!!!masa sekolah tinggi-tinggi hanya jadi sales”. Hal ini didukung dengan para orang tua yang menanamkan bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak-anak mereka nantinya sebagai bekal menjadi orang kantoran, duduk di belakang meja, ruangan ber-ac plus gaji gede. Wuah, impian semua orang kalau memang harapan tersebut bisa semuanya terkabul. Tapi ??benarkah kenyataan itu dirasakan.
Lihatlah Anak kecil, dimulai belajar dari tengkurep, belajar jalan bahkan sampai belajar berlari, apakah sikecil menuai masalah dalam proses belajarnya itu?. Masalah pasti ada akan tetapi perjuangan setiap anak kecil yang terus belajar dari hal terkecil belajar tengkurep sampai bisa berlarian, hal itu hanyalah hal kecil yang apabila terus menerus di perjuangkan maka akan menjadikan hasil yang besar
Diatas hanyalah contoh kecil langkah kehidupan. Ternyata kunci mengemas hidup adalah hal-hal kecil yang kita lakukan untuk diri kita sendiri dalam menghadapi kehidupan. Bagaimana mengemas hidup anda, semuanya tergantung anda sendiri. Pilihannya mau menjual hanya kepada kecemasan atau pada percaya diri yang anda mulai dari diri sendiri. Saya hanya mengingatkan hal yang besar akan tiba jika anda mampu mengemas sendiri hal yang kecil dengan kualitas nomor 1, dipadu dengan rasa syukur kepada Tuhan menjadikan semuanya luar biasa.

Jumat, 21 Januari 2011

Akankah Subang Utara Sejahtera Bila Pemekaran itu Terjadi?


Malam itu saya bersama teman-teman mengadakan diskusi pemekaran wilayah di kabupaten kami yitu pemekaran wilayah Subang utara atau yang sering didengar dengan sebutan kabupaten Subang pantura, pemekaran wilayah ini perpedoman pada Landasan Hukum UU No 32 Tentang Pemerintah Daerah. Pemekaran daerah sendiri memiliki definisi pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia.
Fasilitator diskusi pada waktu itu adalah saudara Boing Jakaria, beliau sendiri sebagai Sekertaris perintis pemekaran wilayah Subang Utara, saya turut bahagia artinya masih ada kemauan dari masyarakat pantura yang berasumsi bahwa masyarakat pantura selalu termajinalkan dari segi fasilitas Insfrastruktur dll sehingga masih ada harapan untuk membangun subang pantura untuk lebih baik lagi selain itu kebanggaan saya pribadi karena dari diskusi itu sedikit banyaknya ada pengetahuan baru yang dapat saya konsumsi dan hal-hal yang selama ini menjadi tandatanya bersama dapat terpecahkan melalui jalur diskusi itu
Subang pantura menginginkan untuk di mekarkan karena dari segi geografis dan potensi wilayah terdapat besar potensi untuk dapat membangun wilayah itu ke arah yang lebih maju dan lebih baik lagi.
Mari kita tengok SDA di wilayah Subang Utara, di Legon  Kulon ada pantai Pondok Bali, di Blanakan ada obyek wisata penangkaran buaya dan di beberapa wilayah lainnya terdapat alam yang indah dan apabila potensi wilayah ini dikembangkan dengan serius maka akan menjadi obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi dan dapat menghasilkan pemasukan untuk pemerintah, Mungkin contoh2 tadi hanya gambaran kasar saja, karena potensi2 lainnya sangat memungkinkan lagi untuk dieksploras.
Dilihat dari beberapa faktor diatas maka apakah dapat dicapai nantinya kalau Subang Utara benar-benar telah di mekarkan? Terlepas dari kepentingan politis para perintis karena untuk mendapatkan posisi strategis yang perhubungan dengan politik perlu adanya sistem.
Kalau memanga ada cara lain untuk menggali potensi wilayah dan menaikan perekonomian wilayah subang Utara kenapa tidak untuk mendormansikan dulu harapan pemekaran itu, dan apabila tidak ada cara lain selain pemekaran barulah pemekaran keputusan terakhir yang harus diambil, asalkan semuanya itu untuk keaikan subang Utara dan masyarakat subang  utara.
Penulis : Wahyu W

Jumat, 14 Januari 2011

Bangun Tidur Ku Terus . . . .

Pagi itu tiba setelah ku terlelap tidur semalam penuh, satu demi satu teman-teman pun ikut terbangun karena sang mentari telah menunjukan senyum indahnya, setelah kita terbangun semua dari masing-masing tidur panjangnya, kita semua memulai aktifitasnya, kita sebut saja akel namanya, dia teman ku yang ikut tersingkirkan akibat kejamnya masa kepemimpinan Feodal saat itu, kemudian ada juga dadang sang pemilik rumah, dan Topik yang tuan rumah.
Hanya, sayangnya satu lagi teman kita pulang kampung karena kehabisan uang, isman namanya, kita disini semua sama-sama sang perindu kebenaran yang tertindas akibat dari kepemimpinan Feodal waktu itu.
Kemudian akel memulai aktifitasnya dengan membersihkan Majic kom, di waktu yang sama pula dadang sibuk dengan Hp nya karena dia bingung akibat dari persaingan media komunikasi dampaknya dia mendapatkan sms gratis 60 tiap hari, dia bingung harus kemana menghabiskiskan sms itu, emang sih bukan hanya dadang yang merasakan resah gelisah karena sms grtis kita semua merasakannya tapi hanya dadang yang sangat menunujkan kegelisahannya itu, kemudian karena akel telah selesai membersihkan majic kom akhirnya akel ngajak dadang untuk mengambil beras akhirnya dadang yang masih di rumuni rasa resah gelisah karena sms nya dengan penuh keterpaksaan menuruti ajakan akel karena akel mengajak ngambil beras ke rumah neneknya adang, Oh ya di sini juga ada yang berperan yaitu sang nenek dengan keluarganya yang baik hati, hampir tiap hari nenek memberi kita makan (untuk cerita nenek kita potong sampai disini)
Dan aku sendiri masih tiduran sambil menunggu teman-temanku ambil beras, akhirnya karena lama tunggu mereka memulai pulalah ku beraktifitas, diawali dari memandang kamarku yang baru akhirnya datang inisiatif untuk nyapu rumah dan topik nyanyi-nyanyi sambil bingung cari Frekwensi di radio kesayangannya yang setiap malam menemani tidurnya dan malam tadi pun radio itu yang membawa aku tidur dalam mimpi indah karena alunan musik Iwan Fals yang keluar dari radio itu, akhirnya dengan penuh rasa kecewa pada diri topik karena tidak menemukan acara radio yang sesuai keinginanya, dan topik memutuskan untuk memilih salah satu frekwensi radio yang walaupun acaranya tidak disukai.
Tak lama berselang waktu kemudian dadang dan akel pulang dari tugas sucinya ambil beras dan bawa buah rambutan satu karena sebelumnya aku sms supaya sekalian bawa rambutan 5, ya walaupun Lima itu berubah menjadi satu tak apalah yang penting ada niatan baik dari dadang untuk bawa rambutan, karena keyakinanku dengan rambutan dengan jumlah yang lebih banyak dari satu akhirnya ada anak kecil yang tak tau namanya siapa kira-kira dia masih duduk di kelas lima SD (sekolah Dasar) bawa rambutan dengan jumlah yang banyak dan akhirnya pun aku memdapatkan rambutan lebih banyak, ya walaupun masih kurang dari lima tapi lebih dari satu. Ternyata benar juga ya dengan slogan Yakin usaha sampai
Masih di pagi itu juga kemudian akel mulai menanak nasi dari hasil beras yang ia minta dari sang nenek, dan dadang sibuk mencari cara untuk bagaimana caranya mendapatkan lauk pauk untuk makan pagi ini karena kita tidak mau selalu merepotkan nenek akhirnya masak sendiri, Karena aku masih punya uang Rp.5000 akhirnya dadang minta untuk beli lauk pauk buat makan pagi ini walaupun kita tidak tau nanti siang nanti sore dan nanti besok kita masih bisa makan atau tidak tapi karena kita terlahir dari kata yakin usaha sampai akhirnya kita semua yakin kalau nanti kita masih bisa makan.
Sambil menungu nasi matang, akel pun memandang kamar yang akan ia tempati dan kemudian membersihkan pecahan kaca yang kemarin pecah karena terkena angin kencang. Walaupun tidak akel sapu dengan alasan kalau kamar itu masih bersih dan kemudian setelah pecahan kaca itu bersih, kemudian akel membereskan tempat yang akan ia tempati nanti dengan merapihkan kasur lantai di atas bale-bale (Amben). Tidak lama kemudian akel pun selesai membereskan kamar yang akan ia tempati. Akel pun mendengar suara Dadang yang menyuruhnya membeli lauk pauk dengan topik.
Namun anehnya, Dadang yang meminta uang pada ku itu, dia mau beli sendiri, namun ternyata ia malah nyuruh orang lain lagi, mungkin ini semua karena ia terlalu pusing dengan sms gratisnya dan juga pusing berfikir dengan berbagai permasalahan yang menghinggapinya seperti, organisasi, keluarga, pacar dan yang lainnya, sehingga dia sedikit terlihat sesekali kaya orang kebingungan. Sebanarnya kami beruntung berada di pada orang-orang ini, dimana sekalipun kita merasa sedih dan susah kita tetap ketawa dan selalu bergembira, karena kami memang suka bercanda dalam kondisi apapun.
Setelah nasi itu matang tak lama kemudian akel dan topik pun datang dengan membawa lauk pauk dan mulailah kita makan dengan nasi yang aga mirip bubur, tak tau kenapa nasi itu bisa jadi seperti itu, dengan penuh obrolan sambil makan dan tak jauh pula obrolannya tentang organisasi yang menurut kita perlu diperbaiki lagi, yak arena sayangnya dan merasa memilikinya sehingga bahasan kita tidak jauh dari itu.
Inilah cerita kita pagi itu semoga saja untuk kedepannya, untuk pagi-pagi berikutnya nasib kita lebih baik dari pagi ini dan persahabatan ini akan terus terjaga sampai kelak nanti…

Siapakah Yang Bersalah Pada Peristiwa Malari?

Dari berbagai sumber.

Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) adalah Peristiwa demontrasi Mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1974
Peristiwa ini terjadi pada saat Perdana Mentri (PM) Jepang berkunjung ke Indonesia, tepatnya ke Jakarta 14 – 17 Januari 1974. Mahasiswa menyambut kedatangan perdana mentri Jepang saat itu Kaukei Tanaka dengan meluncurkan demontrasi di Pangkalan udara Halim Perdana Kusuma yang sebelumnya Ribuan Mahasiswa berunju krasa dari kampus Universitas Indonesia ke Universitas Trisakti, unjuk rasa itu terjadi karena Mahasiswa menolak permodalaan asing terutama Permodalan dari Jepang. Karena pada saat mahasiswa berdemontrasi Ke pangkalan Udara dan pangkalan udara itu di jaga dengan sangat ketat akhirnya rombongan demonstran tidak bisa masuk menerobos Pangkalan udara.
Tanggal 15 Januari 1974 Pukul 08.00 WIB Perdana Mentri Jepang berangkat dari istana Negara tidak menggunakan mobil akan tetapi diantar langsung oleh Presiden Soeharto dengan menggunakan Helikopter dari Bina Graha ke pangkalan Udara, pada saat itu suasana kota Jakarta masih tegang dan mencekam.
Peristiwa itu terjadi seiring dengan pengrusakan beberapa tempat di Jakarta, tempat – tempat tersebut dibakar dan di jarah masa, belasan orang tewas ndi tembak dan ratusan orang luka-luka. Ratusan kendaraan buatan Jepang Di bakar habis sampai hangus. Keesokan ketua dewan mahasiswa Universitas Indonesia ditangkap kopkatib diikuti dengan penagkapan ratusan orang lainnya, akan tetapi hanya tiga aktifis yang dilanjutkan proses hukumnya sampai ke meja Hijau, dari ketiga aktifis itu dituntut hukuman 2 sampai 4 tahun kurungan. Sementara puluhan tokoh lainya ditahan selama satu hingga dua tahun.
Usai terjadinya demontrasi yang disertai kerusuhan sehingga terjadinya pembakaran-pembakaran dan penjajahan itu Soeharto memberhentika Soemitro sebagai panglima Kopkamtib dan Soeharto pun langsung mengambil alih jabatan itu.
Dalam peristiwa itu Jendral Ali moertopo menuduh mantan PSII dan Masyumi adalah dalang dari kejadian Malari itu, tetapi setelah tokoh peristiwa malari di adlili tidak ada pembuktian yang mengarah kalau dalang dari semua itu adalah mantan PSII dan Masyumi, malah belakangan ada stetmen dari jendral Soemitro kalau dalang dari semua itu adalah Ali moertopo sendiri dan CSIS-nya yang mendalangi peristiwa Malari.
Pada saat Tragedi malari terjadi banyak hal-hal yang terjadi dimulai dari penembakan, penyiksaan orang, pengrusakan dan penjarahan. Dimulai dari pengrusakan pabrik dan pasilitas lainnya dan penjarahan emas yang sampai 160 kg Emas.
Lalu siapa yang berperan sebagai dalang dari semua ini? Tepat 15 januari 2010 peristiwa Malari tepat di 37 Tahun peristiwa tersebut terjadi salah satu aktifis Malari hariman siregar masih tetap sehat dan tetap menjadi aktifis pinggiran yang tidak mendapatkan posisi apapun di pemerintahan, dia tetap kritis terhadap kontrol sosial. Sekarang apakah ada tragedi yang menyamai malari ataukah para insan akademis saat ini mulai melupakan terhadap tragedi itu.

Kamis, 06 Januari 2011

Mahasiswa dan. . .


Mahasiswa,
            Sekumpulan anak muda sebagai “agent of change” .Agen perubahan dari sebuah budaya. Jika kita melihat situasi sekarang ini, mahasiswa lebih banyak mendapat cap negatif, dari yang sukanya demo hingga memacetkan jalan, sambil bakar ban pula, bikin polusi udara, sudah gitu bikin roda ekonomi rakyat jadi tersendat. Kenyataan diatas tidak dapat kita ingkari, karena memang telah terjadi pergeseran sosiologis dinamika kemahasiswaan saat ini dari akar sejarahnya.

Sejarah mencatat betapa heroiknya peran-peran mahasiswa pada beberapa dekade sebelum saat ini. Berbagai rezim di berbagai belahan bumi menjadi “korban” idealisme yang digusung oleh mereka, atas nama kepentingan dan kemashlahatan rakyat banyak. Di Indonesia kita kenal Soe Hok Gie , Soe Hok Gie merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pergerakan mahasiswa tahun 1960 an. Seorang aktivis yang selalu menyuarakan perlawanan terhadap tindakan pemerintah yang tidak memihak kepada rakyat, melakukan aksi demonstrasi di jalan ? jalan sebagai sebuah bentuk perlawanan beliau terhadap kebijakan pemerintah di zamannya, sayang Gie terperangkap gas beracun di sebuah puncak pegunungan dalam perjalanan alam yang menyebabkan beliau mati muda. Soe Hok Gie merupakan sebagian kecil dari sebuah bentuk peran mahasiswa/kaum terpelajar melawan realitas yang bertentangan dengan idealnya. Tetapi pada hari ini mulut yang menyuarakan kebenaran dan keberpihakan kepada rakyat hilang bagaikan di telan bumi seiring dengan pengaruh globalisasi dan makin timbulnya sifat induvidualistis manusia dalam berinteraksi, sehingga masyarakat bersifat apatis terhadap perubahan sosial yang terjadi.
Saat ini di tiap kampus kita bisa mengidentifikasikan ada 5 tipe mahasiswa dalam menghadapai perubahan sosial .ekonomi , politik dan budaya yang ada disekitar lingkungannya. Pertama adalah kelompok rekreatif yang berorientasi pada gaya hidup yang glamaur ,dan suka menghambur-hamburkan uang orang tuanya ,dan kelompok ini terasa paling banyak pada komposisi mahasiswa saat ini, Kedua adalah kelompok profesional, yang lebih berorientasi pada belajar atau kita sering menyebutnya SO (study Oriented). Ketiga kelompok opurtunis adalah mahasiswa yang cenderung mendukung pemerintah yang berkuasa . Kempat ,kelompok idealis realistis adalah mahasiswa yang memilih cara moderat dalam berjuang menentang pemerintah dan yang terakhir adalah kelompok idealis konfrontatif, dimana mahasiswa tersebut aktif dalam perjuangannya menentang pemerintah yang menyiksa rakyatnya. Pertanyaannya sekarang adalah di kelompok mana kita bisa dimasukan?
Terlepas dari kondisi kampus kita saat ini. Mari kita songsong hari esok dengan secercah cahaya dan mimpi. Seperti kata Giring Nidji “ Mimpi adalah kunci “ maka bermimpilah jika ingin mendapat kunci keberhasilan. Sosok Gie ini dapat di jadikan sebagai inspirasi untuk melawan segala macam bentuk penindasan dan tidak keberpihakan birokrasi kepada rakyat. Reformasi 1998 adalah contoh usaha kongkrit mahasiswa untuk mencoba melakukan perubahan bangsa, banyak pelajaran yang bisa kita petik dari kondisi reformasi pada hari ini yang bisa dikatakan ‘gagal’ untuk membuat perubahan bangsa yang kita inginkan.
Gerakan mahasiswa pada tahun 1998 merupakan sebuah gerakan yang didahului latar belakang krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mahasiswa dalam mengusung perubahan sosial tersebut?
Dalam ilmu politik dikenal beberapa pandangan mengenai perubahan sosial . Pandangan pertama menjelaskan bahwa gerakan sosial itu dilahirkan oleh kondisi yang memberikan kesempatan (political opportunity) bagi gerakan itu. Pemerintah yang moderat, misalnya, memberikan kesempatan yang lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang pemerintahan yang sangat otoriter. Kendala untuk membuat gerakan di negara yang represif lebih besar dibandingkan dengan negara yang demokrat. Sebuah pemerintahan negara yang berubah dari represif menjadi moderat terhadap oposisi, menurut pandangan ini, akan diwarnai oleh lahirnya berbagai gerakan sosial yang selama ini terpendam di bawah permukaan.
Pandangan kedua berpendapat bahwa gerakan sosial timbul karena meluasnya ketidakpuasan atas situasi yang ada. Perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, misalnya, dapat mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang makin lebar untuk sementara antara yang kaya dan yang miskin. Perubahan ini dapat pula menyebabkan krisis identitas dan lunturnya nilai-nilai yang selama ini diagungkan. Perubahan ini akan menimbulkan gejolak di kalangan yang dirugikan dan kemudian meluas menjadi gerakan sosial. Pandangan ketiga beranggapan bahwa gerakan sosial adalah semata-mata masalah kemampuan (leadership capability) dari tokoh penggerak. Adalah sang tokoh penggerak yang mampu memberikan inspirasi, membuat jaringan, membangun organisasi, yang menyebabkan sekelompok orang termotivasi untuk terlibat dalam gerakan tersebut. Lalu bagaimana dengan reformasi ‘98?
Sebelum masa reformasi indonesia sudah terbelit masalah ekonomi yang cukup pelik. Sehingga timbul ketidakpuasan atas situasi yang ada. Mahasiswa yang merasa sebagai garda depan rakyat, turun kejalan untuk melakukan aksi demonstrasi. Pada saat itu muncul conscience collective, kesadaran bersama dimana mahasiswa merupakan satu kelompok yang harus bersatu padu. Dalam kondisi perilaku kolektif, terdapat kesadaran kolektif dimana sentimen dan ide-ide yang tadinya dimiliki oleh sekelompok mahasiswa yang menyebar dengan begitu cepat sehingga menjadi milik mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Kekecewaan dan ketidakpuasan mahasiswa terhadap pemerintah disambut oleh masyarakat yang menjadi korban dari sistem yang ada. Aksi dari mahasiswa kemudian direspon oleh masyarakat melalui secara sukarela memberikan bantuan kepada para mahasiswa yang sedang mengadakan demonstrasi.
Setelah melihat paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah suatu peran mahasiswa dalam perubahan sosial . dimana perubahan sosial tersebut diwujudkan dalam reformasi yaitu gerakan yang hanya bertujuan untuk mengubah sebagian institusi dan nilai. Namun ada kritik terhadap peran mahasiswa setelah reformasi bergulir yaitu mahasiswa melupakan banyak bidang lainnya yang seharusnya digarap pasca reformasi. Mahasiswa hanya mereformasi bidang pemerintahan saja, padahal jika kita mau melihat tujuan awal .maka seharusnya bidang lain juga harus diperhatikan.